Senin, 20 Desember 2010

Dalil Dalil Tawasul

Dalam setiap permasalahan apapun suatu pendapat tanpa didukung dengan adanya dalil yang dapat memperkuat pendapatnya, maka pendapat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai pegangan. Dan secara otomatis pendapat tersebut tidak mempunyai nilai yang berarti, demikian juga dengan permasalahan ini, maka para ulama yang mengatakan bahwa tawassul diperbolehkan menjelaskan dalil-dalil tentang diperbolehkannya tawassul baik dari nash al-Qur’an maupun hadis, sebagai berikut:
A. Dalil dari Al-Qur’an.
1. Allah SWT berfirman dalam surat Almaidah, 35 :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Suat Al-Isra’, 57:
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.”

Maksudnya: Nabi Isa a.s., para malaikat dan ‘Uzair yang disembah Kristian dan Yahudi itu menyeru dan mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah.
Lafazh Alwasilah dalam ayat ini adalah umum, yang berarti mencakup tawassul terhadap dzat para nabi dan orang-orang sholeh baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, ataupun tawassul terhadap amal perbuatan yang baik.

2. Wasilah dalam berdoa sebetulnya sudah diperintahkan sejak zaman sebelum Nabi Muhammad SAW. QS 12:97 mengkisahkan saudara-saudara Nabi Yusuf AS yang memohon ampunan kepada Allah SWT melalui perantara ayahandanya yang juga Nabi dan Rasul, yakni N. Ya’qub AS. Dan beliau sebagai Nabi sekaligus ayah ternyata tidak menolak permintaan ini, bahkan menyanggupi untuk memintakan ampunan untuk putera-puteranya.
Mereka berkata: “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)”. N. Ya’qub berkata: “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS 12:97-98 )
Di sini nampak jelas bahwa sudah sangat lumrah memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan menggunakan perantara orang yang mulia kedudukannya di sisi Allah SWT. Bahkan QS 17:57 dengan jelas mengistilahkan “ayyuhum aqrabu”, yakni memilih orang yang lebih dekat (kepada Allah SWT) ketika berwasilah.
3. Ummat Nabi Musa AS berdoa menginginkan selamat dari adzab Allah SWT dengan meminta bantuan Nabi Musa AS agar berdoa kepada Allah SWT untuk mereka. Bahkan secara eksplisit menyebutkan kedudukan N. Musa AS (sebagai Nabi dan Utusan Allah SWT) sebagai wasilah terkabulnya doa mereka. Hal ini ditegaskan QS 7:134. Demikian pula hal yang dialami oleh Nabi Adam AS, sebagaimana QS 2:37
“Kemudian Nabi Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 37)
“Kalimat” yang dimaksud di atas, sebagaimana diterangkan oleh ahli tafsir berdasarkan sejumlah hadits adalah tawassul kepada Nabi Muhammad SAW, yang sekalipun belum lahir namun sudah dikenalkan namanya oleh Allah SWT, sebagai nabi akhir zaman.
Dari Umar ra. Ia berkata: Rasulullah SAAW bersabda, “Tatkala Adam melakukan kesalahan, dia berkata: “Wahai Rabbku, aku memohon kepada-Mu dengan haq Muhammad akan dosa-dosaku, agar Engkau mengampuniku.” Lalu Allah berfirman: “Wahai Adam, bagaimana kamu mengenal Muhammad sedang Aku belum menciptakannya (sebagai manusia) ?” Adam menjawab: “Wahai Rabbku, tatkala Engkau menciptakanku dengan Tangan-Mu dan meniupkan ruh-Mu ke dalam diriku, maka Engkau Mengangkat kepalaku, lalu aku melihat di atas kaki-kaki arsy tertulis ‘Laa Ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah’ sehingga aku tahu bahwa Engkau tidak menambahkan ke dalam Nama-Mu kecuali makhluq yang paling Engkau cintai.” Lalu Allah Berfirman: “Benar engkau wahai Adam, sesungguhnya Muhammad adalah makhluq yang paling Aku cintai, berdoalah kepadaku dengan haq dia, maka sungguh Aku Mengampunimu. Sekiranya tidak ada Muhammad, maka Aku tidak menciptakanmu.” [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak juz 2 halaman 615, dan beliau mengatakan shahih. Juga Al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah. Ibnu Taimiyah mengutipnya dalam kitab Al-Fatwa juz 2 halaman 150, dan beliau menggunakannya sebagai tafsir/penjelasan bagi hadits-hadits yang shahih]
4. Bertawassul ini juga diajarkan oleh Allah SWT di QS 4:64 bahkan dengan janji taubat mereka pasti akan diterima. Syaratnya, yakni mereka harus datang ke hadapan Rasulullah dan memohon ampun kepada Allah SWT di hadapan Rasulullah SAW yang juga mendoakannya.
“Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 64)
B. Dalil dari hadits.
a. Tawassul dengan nabi Muhammad SAW sebelum lahir
Sebagaimana nabi Adam AS pernah melakukan tawassul kepada nabi Muhammad SAW. Imam Hakim Annisabur meriwayatkan dari Umar berkata, bahwa Nabi bersabda :
“Rasulullah s.a.w. bersabda:”Ketika Adam melakukan kesalahan, lalu ia berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memintaMu melalui Muhammad agar Kau ampuni diriku”. Lalu Allah berfirman:”Wahai Adam, darimana engkau tahu Muhammad padahal belum aku jadikan?” Adam menjawab:”Ya Tuhanku ketika Engkau ciptakan diriku dengan tanganMu dan Engkau hembuskan ke dalamku sebagian dari ruhMu, maka aku angkat kepalaku dan aku melihat di atas tiang-tiang Arash tertulis “Laailaaha illallaah muhamadun rasulullah” maka aku mengerti bahwa Engkau tidak akan mencantumkan sesuatu kepada namaMu kecuali nama mahluk yang paling Engkau cintai”. Allah menjawab:”Benar Adam, sesungguhnya ia adalah mahluk yang paling Aku cintai, bredoalah dengan melaluinya maka Aku telah mengampunimu, dan andaikan tidak ada Muhammad maka tidaklah Aku menciptakanmu”
Imam Hakim berkata bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanadnya. Demikian juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Dalail Annubuwwah, Imam Qostholany dalam kitabnya Almawahib 2/392 , Imam Zarqoni dalam kitabnya Syarkhu Almawahib Laduniyyah 1/62, Imam Subuki dalam kitabnya Shifa’ Assaqom dan Imam Suyuti dalam kitabnya Khosois Annubuwah, mereka semua mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih.
Dan dalam riwayat lain, Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Beliau mengatakan bahwa hadits ini adalah shohih dari segi sanad, demikian juga Syekh Islam Albulqini dalam fatawanya mengatakan bahwa ini adalah shohih, dan Syekh Ibnu Jauzi memaparkan dalam permulaan kitabnya Alwafa’ , dan dinukil oleh Ibnu Kastir dalam kitabnya Bidayah Wannihayah 1/180.
b. Tawassul dengan nabi Muhammad SAW dalam masa hidupnya.
Dari Utsman bin Hunaif: “Suatu hari seorang yang lemah dan buta datang kepada Rasulullah s.a.w. berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai orang yang menuntunku dan aku merasa berat” Rasulullah berkata”Ambillah air wudlu, lalu beliau berwudlu dan sholat dua rakaat, dan berkata:”bacalah doa (artinya)” Ya Allah sesungguhnya aku memintaMu dan menghadap kepadaMu melalui nabiMu yang penuh kasih sayang (nabiyur-rahmah), wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan berilah aku syafaat”. Utsman berkata:”Demi Allah kami belum lagi bubar dan belum juga lama pembicaraan kami, orang itu telah datang kembali dengan segar bugar”. (HR. Hakim dalam Mustadrak)
Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam Dzahabi mengatakatan bahwa hadis ini adalah shohih, demikian juga Imam Turmudzi dalam kitab Sunannya bab Daa’wat mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan shohih ghorib. Dan Imam Mundziri dalam kitabnya Targhib Wat-Tarhib 1/438, mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Majah dan Imam Khuzaimah dalam kitab shohihnya.
c. Tawassul dengan nabi Muhammad SAW setelah meninggal.
Dari Aus bin Abdullah: “Sautu hari kota Madina mengalami kemarau panjang, lalu datanglah penduduk Madina ke Aisyah (janda Rasulullah s.a.w.) mengadu tentang kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata: “Lihatlah kubur Nabi Muhammad s.a.w. lalu bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat langsung”, maka merekapun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk” (HR. Imam Darimi)
Dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Abbas berkata:”Ya Tuhanku sesungguhkan kami bertawassul (berperantara) kepadamu melalui nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman nabi kami maka turunkanlau hujan kepada, lalu turunlah hujan. (HR. Bukhari)
d. Nabi Muhammad SAW melakukan tawassul.
Dari Abi Said al-Khudri: Rasulullah s.a.w. bersabda:”Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat, lalu ia berdoa: (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan melalui langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk kejelekan, untuk kekerasan, untuk riya dan sombong, aku keluar karena takut murkaMu dan karena mencari ridlaMu, maka aku memintaMu agar Kau selamatkan dari neraka, agar Kau ampuni dosaku sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali diriMu”, maka Allah akan menerimanya dan seribu malaikat memintakan ampunan untuknya”. (HR. Ibnu Majah, Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Na’im dan Ibnu Sunni. Al-Hafizh Abu Hasan mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan. Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Na’im dan Ibnu Sunni. Imam Al I’roqi dalam mentakhrij hadis ini dikitab Ihya’ Ulumiddin mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan. Imam Bushiri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan hadis ini shohih).
Pandangan Para Ulama’ Tentang Tawassul
Untuk mengetahui sejauh mana pembahasan tawassul telah dikaji para ulama, ada baiknya kita tengok pendapat para ulama terdahulu. Kadang sebagian orang masih kurang puas, jika hanya menghadirkan dalil-dalil tanpa disertai oleh pendapat ulama’, walaupun sebetulnya dengan dalil saja tanpa harus menyartakan pendapat ulama’ sudah bisa dijadikan landasan bagi orang meyakininya. Namun untuk lebih memperkuat pendapat tersebut, maka tidak ada salahnya jika disini dipaparkan pandangan ulama’ mengenai hal tersebut.
Pandangan Ulama Madzhab
Pada suatu hari ketika kholifah Abbasiah Al-Mansur datang ke Madinah dan bertemu dengan Imam Malik, maka beliau bertanya:”Kalau aku berziarah ke kubur nabi, apakah menghadap kubur atau qiblat? Imam Malik menjawab:”Bagaimana engkau palingkan wajahmu dari (Rasulullah) padahal ia perantaramu dan perantara bapakmu Adam kepada Allah, sebaiknya menghadaplah kepadanya dan mintalah syafaat maka Allah akan memberimu syafaat”. (Al-Syifa’ karangan Qadli ‘Iyad al-Maliki jus: 2 hal: 32).
Demikian juga ketika Imam Ahmad Bin Hambal bertawassul kepada Imam Syafi’i dalam doanya, maka anaknya yang bernama Abdullah heran seraya bertanya kepada bapaknya, maka Imam Ahmad menjawab :”Syafii ibarat matahari bagi manusia dan ibarat sehat bagi badan kita”
Demikian juga perkataan imam syafi’i dalam salah satu syairnya:
“Keluarga nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad), aku berharap melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat nanti dengan tangan kananku”

Pandangan Imam Taqiyuddin Assubuky
Beliau memperbolehkan dan mengatakan bahwa tawassul dan isti’anah adalah sesuatu yang baik dan dipraktekkan oleh para nabi dan rosul, salafussholeh, para ulama,’ serta kalangan umum umat islam dan tidak ada yang mengingkari perbuatan tersebut sampai datang seorang (yang dianggap) ulama’ yang mengatakan bahwa tawassul adalah sesuatu yang bid’ah. (Syifa’ Assaqom hal. 160)
Pandangan Ibnu Taimiyah
Syekh Ibnu Taimiyah dalam sebagian kitabnya memperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal. Beliau berkata : “Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi :
Rasulullah s.a.w. mengajari seseorang berdoa: (artinya)”Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu dan bertwassul kepadamu melalui nabiMu Muhammad yang penuh kasih, wahai Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar dimudahkan kebutuhanku maka berilah aku sya’faat”. Tawassul seperti ini adalah bagus (fatawa Ibnu Taimiyah jilid 3 halaman 276)

Pandangan Imam Syaukani
Beliau mengatakan bahwa tawassul kepada nabi Muhammad SAW ataupun kepada yang lain (orang sholeh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah merupakan ijma’ para shohabat.

Minggu, 05 Desember 2010

Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharrom 1432 H.

Ada baiknya kita tidak membicarakan tentang cara menyambut datangnya tahun baru ini baik dengan gebyar gebyar sebagainama datangnya tahun baru 1 Januari maupun secara tradisional dengan cara membaca Yasinan dan Tahlil atau dengan cara membaca kitab " Barzazji " dan Sholawat di Musholla atau Masjid, karena semua itu tidak akan mempengaruhi rotasi waktu yang memang sudah menjadi Sunnatullah.

Akan tetapi kita harus melihat ke masa depan tanpa mengabaikan pengalaman masa lalu yang telah kita lewati. kita tentu tidak termasuk golongan orang yang kelewat mengagumi masa lalu, dan juga bukan termasuk yang pesimistis menghadapi masa yang akan datang.

Apa artinya dengan tahun 1432 Hijriyah itu …. ?
Yang pertama adalah bahwa sudah lebih dari 14 abad agama Islam telah memberikan kontribusi bagi kemanusiaan dan perkembanganya di dunia ini. Agama Islam yang telah diamalkan oleh pengikutnya, telah berperan secara aktif dalam proses pembentukan watak manusia berbudi luhur, berahlak mulia dan berilmu pengetahuan.

Sejarah umat manusia mencatat bahwa proses tersebut telah berlangsung pada paruh kedua millinium pertama atau babak seribu tahun pertama, dan paruh kedua pada millinium kedua (babak seribu tahun kedua)

Yang kedua Pewarisan ajaran Islam yang bersumber dari Wahyu (Al Qur`an) telah menjadi sumber daya manusia di bumi, sejak dari Rosulullah SAW, para sahabat, para tabi`in, para tabi`ut tabi`in, dan seterusnya hingga sekarang sosok manusia sebagai hamba Allah dan skaligus sebagai Kholifah Allah di muka bumi ini telah menjadi mata rantai dalam mengamalkan dan menjaga kemurnian ajaran Islam, yaitu membangun manusia yang jiwanya diisi dengan Iman, Akal/Intlektualitas manusia diisi dengan hikmah dan ilmu pengetahuan, prilaku hidupnya diisi dengan amal sholih dalam rangka ta`abud kepada Allah SWT. Maha suci Allah yang telah menjadikan dampak sumber daya Al Qur`an, yang dipahami dan diamalkan manusia terdahulu, telah mengubah masyarakat Jahiliyah Arab dari kegelapan. dan telah memberi Inspirasi dalam mengarahkan langkah aktifitas kehidupan manusia yang memiliki nilai transsendental sekaligus nilai universal bagi umat manusia.

Sebagai contoh, pada zaman keemasan Islam pada abad 8 – 14 dapat dikenang melalui peninggalan karya ilmuwan muslim yang hidup pada zaman itu (dalam bidang Astronomi) tidak sedikit yang bisa disebutkan, seperti peninggalan Observatorium non optik, Catalog nama bintang oleh Al Sufi (abad 10 / 903-896 SM), Ulugh Behgh (abad 13) merupakan contoh sumbangan umat Islam pada ilmu pengetahuan. Banyak lagi Ilmuwan seperti Nasiruddin at Tusi (abad 13). di Baghdad, Abdul Abbas al Saffah (abad 8), Harun Al Rosyid (abad 8-9), dan Al Makmun (abad 9) yang dikenal sebagai pendiri Taman Bacaan Hikmah. Dari Taman Bacaan itu ratusan buku buku YunaniPersiaIndia dan sebagainya telah diterjemahkan dan dipelajari.

Proses transmisi pengetahuan dari zaman Pra Islam dan dikembangkan pada zaman Islam. Maka lahirlah sejumlah Ilmuwan Muslim abad 9-10 yang dikenal dalam dunia Barat seperti Al Khowarizmi (825 M), Al Buttani (900 M),Ibn Al Haitami (1000 M) Al Buruni (1000 M) dan masih banyak lagi.
Dari data sejarah kita tahu bahwa abad 8-14 kontribusi pengetetahuan didominasi oleh Ilmuwan muslim. itulah masa masa yang amat membanggakan. Namun setelah itu yang terjadi adalah Degradasi, sebab pada kurun waktu abad 14 hingga penghujung abad ke 2 M kontribusi Ilmuwan muslim pada Ilmu pengetahuan terus menurun. IPTEK dunia Islam terpuruk setelah mengalami masa keemasan. Dampaknya juga menimpa pada kwalitas hidup dan kwalitas beragama, peran Islam dalam Amar Ma`ruf nahi mungkarpun menjadi kurang berbobot.

Pengungkapan kembali kemunduran IPTEK di dunia Islam harus dimaknai sebagai Intropeksi dan menggugah diri kita sendiri disaat menyambut datangnya tahun baru Hijriyah sekarang ini. sebagaimana yang telah disebutkan diatas kita tidak akan menjadi orfang yang terlena dengan kejayaan Islam masa lalu, namun juga tidak menjadi penakut dalam menghadapi masa depan. kita harus bersikap proporsional, bahwa masa lalu adalah perjalanan yang openuh pengalaman  Experience is the best teacher  (pengalaman merupan guru yang terbaik) dan semua itu menjadi modal perjalanan kita menuju masa depan yang lebih baik

Mungkinkah Islam bisa BANGKIT …? Kembali mengejar ketertinggalan !  
Pertanyaan tersebut pasti menyangkut masa depan Islam dan Umat Islam, dan hanya kita sendiri yang yang harus menjawab.

Ada tiga hal yang dapat menghambat ketika kita ingin bangkit dari keterpurukan yaituKebodohan, Kemiskinan dan Keterbelakangan. ketiga hal ini adalah musuh kita bersama yang harus kita atasi, karena salah satu pilar penting kemajuan suatu bangsa adalah penguasaan terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan kata lain ketiga musuh kita bersama itu dapat ditaklukkan dengan penguasaan IPTEKyang dibungkus dengan Ahlakul Karimah. Semoga Allah memberikan pertolongan kepada kita agar kita semua, bangsa Indonesia mampu mengatasi segala persoalan yang melilitnya dan mampu bangkit menjadi bangsa yang jaya pada Millinium ke 3 ini Amien Ya Robbal `Alamien
Khoirun Mukri
Guru PAI SMP NU Karangdadap

Selasa, 30 November 2010

Smp NU Karangdadap Slideshow

Smp NU Karangdadap Slideshow: "TripAdvisor™ TripWow ★ Smp NU Karangdadap Slideshow ★ to Salatiga by Khaerun Mukri. Stunning free travel slideshows on TripAdvisor"

Senin, 29 November 2010

One Billion Trees (1Milyar Pohon)


Pencanangan Penanaman Satu Milyar Pohon (One Billion Trees) tahun 2010 oleh Pemerintahan Kabupaten  Pekalongan di pusatkan di kecamatan Karangdadap dan di tempatkan di SMK N Karangdadap pada hari Ahad tanggal 28 Nopember 2010.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Bupati Pekalongan Dra. Hj. Siti Qomariyah, MA., Wakil Bupati Pekalongan Ir. H. Wahyudi Pontjo Nugroho, MT., Dandim 0710 Pekalongan Letkol Inf. Benny Wahyudi H., Wakapolres AKP Sugeng Rawuh, Sekda Ir. H. Susiyanto, MM beserta asisten dan sebagian besar kepala SKPD, Camat se      Kabupaten Pekalongan, serta perwakilan Pelajar dan Guru SMK N Karangdadap dan SMP NU Karangdadap 

Dalam acara tersebut Bupati membacakan sambutan tertulis Menteri Kehutanan RI. Dimana, Menhut RI menyampaikan tentang keberhasilan gerakan penanaman pohon secara nasional yang diawal tahun 2007 berupa Aksi Penanaman Serentak Indonesia dengan target 79 juta batang dan Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon dengan target 10 juta batang telah terealisasi sebanyak 101 juta batang (113%)

.
saat itu kegiatan juga di pusatkan di kecamatan Karangdadap (Lap Pagumenganmas) dirangkai dengan Lomba Penghijauan lingkungan, baik lingkungan Kantor Kedinasan, Kantor Kecamatan maupun lingkungan Sekolah tingkat SMA/SMK dan SMP se Kabupaten Pekalongan dan Juara I tingkat Sekolah diraih oleh SMP NU Karangdadap -Red.

 Pada tahun 2008 target Aksi Penanaman Serentak Indonesia ditingkatkan menjadi 100 juta batang serta Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon dengan target 5 juta batang, telah teralisasi sebanyak 114 juta batang (108%). Tahun 2009 ditetapkan target Penanaman Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree) atau 230 juta batang telah dapat terealisasi sebanyak 251 juta batang (108%).
Bp Busro S Tirto, SE. Kepsek SMP NU Karangdadap menerima Tropy Juara I Penghijauan tingkat 
Sekolah se Kab Pekalongan dalam acara Indonesia Menanam th 2007 (Dok SMP NU Karangdadap)
Sementara itu, ketua penyelenggara Ir. Sumarno, MPI dalam laporannya menyampaikan bahwa tujuan kegiatan Penanaman Satu Milyar Pohon (One Billion Trees ) yaitu untuk meningkatkan kepedulian seluruh komponen bangsa akan pentingnya fungsi pohon untuk penurunan emisi gas rumah kaca dalam mengurangi pemanasan global dan mencapai pembangunan Indonesia yang bersih (clean development mechanism). Selain itu, tujuannya adalah untuk mengajak seluruh komponen bangsa untuk melakukan penanaman dan pemeliharaan pohon secara berkelanjutan untuk merehabilitasi hutan dan lahan.


Bp Busro S Tirto, SE berada diantara Camat, Kepala Desa dan tokoh se Kab Pekalongan dalam 
acara " One Billion Trees " tahun 2010 

Sumarno menambahkan bahwa untuk Kabupaten Pekalongan telah disalurkan ke seluruh kecamatan sebanyak 63.000 batang pohon, dengan jenis tanaman sengon, mahoni, glodogan pecut, mangga, dan durian. Khusus untuk penanaman di SMK Karangdadap berjumlah 119 batang, yaitu jati putih 44 batang, glodogan pecut 52 batang, bibit MPTS 23 batang dan bantuan bibit dari masyarakat sebanyak 10.880 batang pohon. 



Selesai pelaksanaan upacara, kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan pohon secara simbolis oleh Bupati kepada perwakilan komponen masyarakat, baik TNI maupun sipil hingga pelajar. Dan sebagai acara pamungkas, Bupati beserta Muspida dan segenap undangan dan peserta upacara melakukan penanaman pohon secara bersama-sama di lingkungan Sekolah SMK Karangdadap tersebut. 
Bupati Pekalongan Dra Hj Siti Qomariyah secara simbolis menyerahkan bibit pohon mahoni kepada salah satu wakil dari pelajar (red)
Khaerun, S.Pd.I.
Guru SMP NU Karangdadap

Sabtu, 20 November 2010

Kalam Hikmah Dari Salah Satu Ulama Besar

Imam Hasan Al Bashri adalah salah seorang ulama terkemuka dari kalangan tabi’in yang banyak berguru kepada para sahabat Rasulullah saw. Beliau lahir di Madinah, tahun 642 Masehi dari ayah bernama Yasar, bekas budak Zaid bin Tsabit dan ibu yang pernah menjadi budak Ummu Salamah, salah satu istri Nabi Muhammad saw. Jadi beliau lahir dalam kalangan keluarga Nabi saw. Bahkan tak jarang Ummu Salamah menyusui bayi Hasan ketika ditinggal oleh ibunya.
Ummu Salamah juga sering membawa Hasan yang masih kanak-kanak ke majelis para Sahabat dan Umar bin Khattab r.a. pernah mendoakannya: “Ya Allah, jadikan ia faham agama dan jadikan orang-orang mencintainya!

Mutiara Hikmah dari Imam Hasan Al Bashri

Kata mutiara 1
“Wahai anak Adam! Kalian tidak lain hanyalah kumpulan hari, setiap satu hari berlalu maka sebagian dari diri kalian pun ikut pergi.”
Kata mutiara 2
“Diantara tanda berpalingnya Allah Subhanahu Wata’ala dari seorang hamba adalah Allah menjadikan kesibukannya pada hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.”
Kata mutiara 3
Semoga Allah merahmati seorang hamba yang merenung sejenak sebelum melakukan suatu amalan. Jika niatnya adalah karena Allah, maka ia melakukannya. Tapi jika niatnya bukan karena Allah maka ia mengurungkannya.”
Kata mutiara 4
“Tidaklah datang suatu hari dari hari-hari di dunia ini melainkan ia berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah hari yang baru, dan sesungguhnya aku akan menjadi saksi (di hadapan Allah) atas apa-apa yang kalian lakukan padaku. Apabila matahari telah terbenam, maka aku akan pergi meninggalkan kalian dan takkan pernah kembali lagi hingga hari kiamat.”
Kata mutiara 5
Janganlah Anda tertipu dengan banyaknya amal ibadah yang telah Anda lakukan, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui apakah Allah menerima amalan Anda atau tidak.”
Kata mutiara 6
Jangan pula Anda merasa aman dari bahaya dosa-dosa yang Anda lakukan, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui apakah Allah mengampuni dosa-dosa Anda tersebut atau tidak.”
Kata mutiara 7
“Saya belum menemukan dalam ibadah, sesuatu yang lebih sulit dari pada shalat di tengah malam.”
Kata mutiara 8
Seorang mukmin hidup di dunia bagaikan seorang tawanan yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari penawanan dan ia tidak akan merasa aman kecuali apabila ia telah berjumpa dengan Allah Subhanahu wata’ala.
Kata mutiara 9
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan kematian, sakit dan sehat (bagi setiap hamba-Nya). Barang siapa mendustakan takdir maka sesungguhnya ia telah mendustakan al-Qur’an. Dan barang siapa mendustakan al-Qur’an, maka sesungguhnya ia telah mendustakan Allah.”
Kata mutiara 10
“Wahai anak Adam, juallah duniamu untuk akhiratmu, niscaya kamu untung di keduanya, dan janganlah kamu jual akhiratmu untuk duniamu, karena kamu akan rugi di keduanya. Singgah di dunia ini sebentar, sedangkan tinggal di akhirat sana sangatlah panjang.”
Seorang pemuda mendatangi al-Hasan al-Bashri dan mengadukan masalah yang sedang ia hadapi kepadanya. Pemuda tersebut berkata, “Saya telah berusaha untuk bisa menjaga shalat malam, akan tetapi sampai saat ini saya masih belum mampu untuk melaksanakannya.” Al-Hasan al-Bashri menjawab, “Dosa-dosamu telah menghalangimu untuk melakukannya.”
Demikianlah, beberapa kalimat penuh hikmah, mutiara islam, dari salah seorang ulama salaf yang patut kita teladani. Semoga bermanfaat.

Rabu, 17 November 2010

Sejarah Wahabi (bagian1)

Oleh: M. Zaim Nugroho

sejarah MENULIS sejarah Wahabi tidak terlepas dari negara asalanya aliran ini berasal, yaitu Arab Saudi. Arab Saudi adalah satu-satunya negeri di mana para ulama masih mendominasi peran perubahan masyarakat. Di negeri ini, nasionalisme, Pan-Arabisme, Pan-Islamisme, sosialisme Islam, yang memainkan peran di negeri-negeri Muslim lainnya, tidak punya gaung. Satu-satunya doktrin yang ditoleransi adalah paham Wahhabiyah. Dengan itu, Arab Saudi menjadi sebuah kerajaan yang totalitarian, tak kenal kompromi.


Tidak mengherankan jika kerajaan Saudi memandang nasionalisme Nasser di Mesir sebagai ancaman langsung terhadap keberadaannya. Untuk menahan pengaruh Nasser yang makin menguat, kerajaan Saudi mengulurkan tangannya kepada para aktivis Ikhwanul Muslimin – tidak saja mereka yang terusir dari Mesir, tetapi juga dari negara-negara Arab sekular lainnya seperti Syria dan Irak.

Nama “Wahabisme” dan “Wahabi” berasal dari Muhammad ibn Abd al Wahhab (1703-1792). Nama ini diberikan orang-orang yang berada di luar gerakan tersebut, dan kerap kali dengan makna yang terkesan buruk. Kaum Wahabi sendiri lebih suka istilah al-Muwahhidun atau Ahl al-Tawhid sebagai nama kelompok mereka. Menurut Algar, penggunaan nama-nama ini mencerminkan keinginan untuk menggunakan secara eksklusif prinsip tawhid, yang merupakan landasan Islam itu sendiri.

Pada saat yang sama, mereka membedakan diri dari seluruh umat Islam yang lain, yang mereka cap telah melakukan syirik. Akan tetapi, tidak ada alasan menerima monopoli atas prinsip tawhid tersebtu, dan karena gerakan yang menjadi pokok pembahasan ini merupakan karya seorang manusia, yakni Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab, maka cukup beralasan dan lazim untuk menyebut mereka “Wahabisme” dan “kaum Wahabi” (Algar, 2003: 1-2).

Dalam sejarah pemikiran Islam yang telah berlangsung lama dan sangat kaya, Wahabisme tidak menempati tempat yang begitu penting. Secara intelektual gerakan ini adalah marjinal, tetapi bernasib baik karena muncul di Semenanjung Arab (meski di Najd, yang relatif jauh dari semenanjung itu) dan karena itu dekat dengan Haramayn, yang secara geografis merupakan jantung dunia Muslim.

Selain itu, dinasti Saudi, yang menjadi patron gerakan Wahabisme, bernasib baik ketika pada abad keduapuluh mereka memperoleh kekayaan minyak yang luar biasa, yang sebagiannya digunakan menyebarluaskan Wahabisme. Jika tidak ada dua faktor tersebut, Wahabisme mungkin saja hanya dicatat dalam sejarah sebagai gerakan sektarian yang marjinal dan berumur pendek. Kedua faktor yang sama pula, yang diperkuat dengan adanya sejumlah kesamaan dengan kecenderungan-kecenderungan kontemporer lainnya di dunia Islam, telah menyebabkan Wahabisme dapat bertahan lama. (Algar, 2003: 2)

Sebagai aliran pemikiran atau sekte tersendiri, Wahabi dicirikan, khususnya oleh para pengamat non-Muslim yang mencari deskripsi ringkas mengenainya, sebagai kaum Sunni yang “ekstrem” atau sebagai kaum Sunni yang “konservatif,” dengan kata-kata sifat seperti “keras” atau “ketat” ditambahkan di belakangnya, untuk memberikan gambaran yang lebih pasti. Namun, kalangan Sunni mengamati bahwa kaum Wahabi, sejak pertama kali aliran mereka dikumandangkan, tidak bisa dimasukkan sebagai bagian dari Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah. Hal itu karena hampir semua praktik, tradisi dan keyakinan yang dikecam oleh Muhammad b. `Abd al-Wahhab sudah lama diakui sebagai bagian integral dari Islam Sunni, diuraikan dalam banyak sekali literatur dan diterima oleh sebagian besar kaum Muslim.

Karena alasan ini, banyak ulama yang hidup pada masa ketika Wahabisme pertama kali dikampanyekan mengecam pendukungnya sebagai bukan bagian dari Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah. Bahwa sekarang Wahabisme dipandang sebagai bagian dari Sunni, hal itu menunjukkan bahwa istilah “Sunni” mulai memperoleh makna yang luar biasa longgar. (Algar, 2003: 2-3)

Karena ketertarikan yang ditunjukkan Muhamad b. ‘Abd al-Wahhab pada karya-karya Ibn Taymiyah, Wahabisme senantiasa diklaim mencerminkan kemunculan yang tertunda dari warisan Ibn Taymiyah. Klaim ini sulit dipertahankan. Apapun pendapat orang tentang posisi atau sikap Ibn Taymiyah, tidak diragukan bahwa ia adalah pemikir yang jauh lebih canggih dan produktif dibandingkan dengan Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab. Lebih dari itu, perbedaan kunci antara kedua orang ini adalah: kendati Ibn Taymiyah menentang aspek-aspek tertentu Sufisme pada zamannya yang ia pandang keliru atau menyimpang, ia tidak menolak Sufisme secara keseluruhan. Ia sendiri adalah pelopor tarikat Qadiriyyah. Sebaliknya, Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab menolak tasawuf secara lebih luas, akar maupun cabangnya, bukan hanya manifestasi tertentu tasawuf. (Algar, 9-10)

Ekspansi Wahabi
Wahhabisme atau Wahhabiyah diambil dari Syeikh Muhammad ibn `Abd al-Wahhab (1703-1792), pendiri gerakan puritanisme keagamaan di Semenanjung Arabia yang pada akhirnya berujung pada pembentukan negara Islam Arab Saudi. Ia dilahirkan pada tahun 1703 di Uyaina, sebuah kota yang sekarang ini sudah tidak ada lagi, di wilayah Najd, Arabia. Ia memperoleh pendidikan agama, dan pernah belajar di Madinah. Ia kemudian berkelana ke mana-mana, berkunjung dan belajar ke tempat-tempat seperti Syria, Irak, Kurdistan, dan Persia. Ketika kembali ke Arabia, ia mulai mengajarkan bentuk Islam yang puritan, yang menyerukan kaum Muslim untuk kembali kepada dasar-dasar Islam seperti yang dikemukakan dalam al-Qur’an dan hadis, tentunya sebagaimana yang ia sendiri pahami dan tafsirkan.

Pada sekitar tahun 1777, ia tinggal di Dariyah, Arabia, dan di sana ibn al-Wahhab menjadi “pemimpin spiritual” keluarga besar Sa`ud. Pada masa itu, klan Sa`ud adalah sebuah kelompok pembesar atau elite lokal yang sedang berusaha untuk memperluas pengaruh dan wewenang. Wahhab lalu menandatangani semacam “perjanjian kerja sama” dengan Muhammad ibn Sa`ud, pemimpin klan di atas. Ibn al-Wahhab dan pengikut-pengikutnya akan mendukung upaya-upaya keluarga ibn al-Sa`ud untuk memperluas pengaruh dan wewenang mereka, dan keluarga al-Sa`ud – sebagai konpensasinya – akan menyebarkan versi Islam Wahhabi yang puritan itu.
Tentang pertemuan keduanya di Oasis Dir`iyyah. Menurut Abu Hakimah, salah satu penulis sejarah ibn al-Wahhab:

Muhammad ibn Sa`ud menyambut Muhammad ibn al-Wahhab dan berkata, “Oasis ini milikmu, dan jangan takut kepada musuh-musuhmu. Dengan nama Allah, bahkan jika semua [orang] Najd dipanggil untuk menyingkirkan kamu, kami tidak akan pernah setuju untuk mengusirmu.” Muhammad ibn `Abd al-Wahhab menjawab, “Anda adalah pemimpin mereka yang menetap di sini dan Anda adalah seorang yang bijak. Saya ingin Anda menyatakan sumpah Anda kepada saya bahwa Anda akan melaksanakan jihad (perang suci) terhadap orang-orang kafir. Sebagai imbalannya, Anda akan menjadi imam, pemimpin masyarakat Muslim, dan saya akan menjadi pemimpin dalam masalah-masalah keagamaan. (dikutip dalam al-Rasheed, 2002: 17).

Dengan terbentuknya koalisi antara Ibn Sa`ud dan `Abd al-Wahhab, Wahhabiyah menjadi ideologi keagamaan bagi suatu unifikasi antarsuku di Arabia Tengah dan apa yang dapat disebut sebagai gerakan Wahhabiyah pun dimulai. Sebagai imam kembar gerakan Wahhabiyah, Ibn Sa`ud dan `Abd al-Wahhab menjadi pemimpin spiritual dan temporal wilayah itu.
Banyak deskripsi mengenai keberhasilan ekspansi Wahhabi-Saudi yang awal menekankan fakta bahwa raid sejalan dengan praktik-praktik kesukuan yang dominan kala itu. Sekalipun mengandung kebenaran, hal ini menyepelekan pentingnya dimensi spiritual koalisi itu, yang menjadi daya tarik sedikitnya bagi sebagian pengikut Wahhabi yang awal. Selain keuntungan material, Wahhabisme juga menawarkan penyelamatan bukan saja di dunia ini, melainkan juga di akhirat kelak. Menurut sejarawan Madawi al-Rasheed (2002: 20), al-Wahhab membawa sesuatu yang baru, yakni pentingnya tawhid, ke dalam tradisi keislaman Najd yang sebelumnya didominasi fiqh.

Mereka dengan sengaja mengaitkan gerakan mereka dengan kaum Khawarij, kelompok puritan dan ekstremis pertama dalam sejarah Islam, dan seperti kelompok pendahulunya yang fanatik itu, mereka memfokuskan kemarahan mereka pertama-tama ke dalam, untuk menghancurkan apa yang mereka pandang sebagai sebab-sebab kemunduran kaum Muslim. Karena itu, mereka mulai memerangi suku-suku yang ada di sekeliling mereka dan memaksa suku-suku tersebut untuk mengikuti versi Islam mereka.

Di bawah kepemimpinan militer `Abd al-`Aziz, anak Muhammad ibn Sa`ud, mereka mulai ekspansi mereka ke Riyadh, Kharj, dan Qasim di wilayah Arabia Tengah pada 1792. Setelah berhasil menduduki wilayah itu, mereka melanjutkan ekspansi ke timur ke Hasa, dan menghancurkan kekuasaan Banu Khalid di wilayah itu. Para pengikut Syi`ah di kawasan ini, yang jumlahnya cukup banyak, dipaksa untuk menyerah dan mengikuti Wahhabisme atau dibunuh. Lalu, ekspansi dilanjutkan ke Teluk Persia dan Oman: Qatar mengakui kekuasaan Saud-Wahhabi pada 1797, dan Bahrain menyusul tak lama kemudian. Mereka semua diwajibkan untuk membayar zakat ke Dir`iyyah.

Ekspansi awal Wahhabi-Saudi yang menentukan berlangsung ke barat, khususnya ke Hijaz, di mana dua kota suci Islam, Mekkah dan Madinah, berada. Dalam ekspansi ini mereka berhadapan dengan otoritas keagamaan yang lain, yakni Syarif Mekkah, yang memperoleh legitimasinya dari Khalifah Turki Usmani. Terlepas dari upaya keras orang-orang Hijaz untuk bertahan, koalisi Wahhabi-Saud berhasil memantapkan hegemoni mereka di Ta’if pada 1802, Mekkah pada 1803, dan Madinah setahun kemudian. Setelah kemenangan itu, para ulama Wahhabi memerintahkan penghancuran kubah yang ada di makam-makam Nabi Muhammad dan para sahabatnya di Madinah.

Kemenangan di Hijaz mendorong koalisi Wahhabi-Sa`ud untuk meneruskan ekspansi ke wilayah selatan ke `Asir, di mana para pemimpin lokalnya segera memeluk Wahhabisme dan ikut serta dalam ekspansi selanjutnya ke Yaman. Kuatnya pertahanan orang-orang Yaman, ditambah dengan kondisi geografis yang kurang dikuasai pasukan Wahhabi, membuat Yaman tidak berhasil ditundukkan sepenuhnya.

Ekspansi lain mencapai ladang subur Mesopotamia, sekaligus mengancam bagian-bagian penting daerah kekuasaan Turki Usmani, Pada 1802, di hari suci `Asyura, mereka melabrak tembok Karbala dan membunuh 2.000-an pengikut Syi`ah yang sedang bersehbahyang sambil merayakan Muharram. Dengan kemarahan yang tak terkontrol, mereka menghancurkan makam-makam Ali, Husayn, imam-imam Syi`ah, dan khususnya kepada makam puteri Nabi, Fatimah.

Pada tahun 1803-1804, pasukan Wahabi juga menyerbu Mekkah dan Medinah. Mereka membunuh syekh dan orang awam yang tidak bersedia masuk Wahabi. Perhiasan dan perabotan yang mahal dan indah – yang disumbangkan oleh banyak raja dan pangeran dari seluruh dunia Islam untuk memperindah banyak makam wali di seputar Mekkah dan Madinah, makam Nabi, dan Masjidil Haram – dicuri dan dibagi-bagi. Pada 1804, Mekkah jatuh ke tangah Wahabi. Dunia Islam guncang, lebih-lebih karena mendengar kabar bahwa makam nabi telah dinodai dan dijarah, rute jamaah haji ditutup, dan segala bentuk peribadatan yang tidak sejalan dengan praktik Wahabi dilarang (Allen, 2006: 64).

Abd al-Aziz, yang setelah kematian Muhammad ibn Abd al-Wahhab memegang dua gelar amir dan imam sekaligus, wafat pada 1806. Ia dibunuh ketika sedang sembahyang di masjid Dir`iyyah. Pembunuhnya adalah pengikut Syiah dari Karbala yang memburunya dalam rangka membalas dendam terhadap perbuatan pasukan Wahabi di Karbala. Ia digantikan oleh putranya, Sa`ud ibn Sa`ud yang berkuasa sampai 1814, yang digantikan putranya bernama Abdullah ibn Sa`ud.

Reaksi KonstantinopelDominasi Wahabi di tanah suci juga menjadi tantangan langsung terhadap otoritas Khalifah di Turki. Beberapa kali serangan dilancarkan oleh Khalifah dari Baghdad tetapi gagal. Muhammad Ali Pasya, wazir atau wakil Khalifah di Mesir, diserahi tanggungjawab mengambil alih Hijaz dan tanah suci dan mengembalikannya kepada Khalifah sebagai khadimul haramayn. Setelah gagal di tahun 1811, pada 1812 pasukan kekhalifahan Usmani dari Mesir tersebut berhasil menduduki Madinah. Pada tahun 1815, kembali pasukan dari Mesir menyerbu Riyadh, Mekkah, dan Jeddah. Kali ini pasukan Wahhabi kucar-kacir.

Ibrahim Pasya, putra sang penguasa Mesir, datang dengan kekuatan sekitar 8000 pasukan kavaleri dan infantri dari Mesir, Albania, dan Turki. Ibrahim menawarkan enam keping perak untuk setiap kepala pengikut Wahabi yang berhasil dibunuh. Di akhir pertempuran, lapangan di depan markasnya berdiri piramida kepala pengikut Wahhabi. Pada 1818, pertahanan terakhir Wahabi yang dipimpin Abdullah ibn Sa`ud di Dir`iyyah diserbu dan setelah beberapa bulan dikepung, mereka menyerah.

Ibrahim Pasya mengumpulkan semua ulama Wahabi yang bisa didapat, kira-kira lima ratusan ulama, dan menggiring mereka ke masjid besar. Di sana, selama tiga hari, ia memimpin debat keagamaan dalam rangka meyakinkan ulama Wahabi bahwa ajaran mereka sesat. Di akhir hari keempat, kesabarannya habis dan ia memerintahkan pengawalnya supaya membunuh mereka sehingga masjid Dir`iyyah, dalam kata-kata pengelana William Palgrave, ‘menjadi kuburan berdarah teologi Wahabi.’

Abdullah ibn Sa`ud sendiri beserta beberapa anggota keluarganya ditawan dan dibawa ke Kairo dan kemudian ke Konstantinopel. Di ibukota Khilafah Usmani itu dia dipermalukan, diarak keliling kota di tengah cemoohan penonton selama tiga hari. Kemudian kepalanya dipenggal dan tubuhnya dipertontonkan kepada kerumunan yang marah. Sisa-sisa keluarga Sa`udi-Wahabi menjadi tawanan di Kairo.

Kehancuran Wahabi disambut gembira di banyak negeri Muslim. Seorang ulama mazhab Hanafi bernama Muhammad Amin ibn Abidin yang hidup di awal abad XIX mengatakan, “Ia mengaku pengikut mazhab Hanbali, tapi dalam pemikirannya hanya dia saja yang Muslim dan semua orang lain adalah musyrik. Ia mengatakan bahwa membunuh Ahlussunnah adalah halal, sampai akhirnya Allah menghancurkannya pada tahun 1233 Hijriah (1818) melalui pasukan Muslim.” (Allen, 2006: 68).

Demikianlah, fase pertama aliansi Wahabi-Saudi, yang juga dikenal dengan Negara Saudi I, berhenti secara brutal, sekejam serbuan dan penaklukan yang mereka lakukan sejak aliansi terbentuk. (Bersambung)
Zaim Nugroho, keluarga dari Buntet Pesantren, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. 
Kini aktif di salah satu Lembaga Penelitian Pemilu. 

Rabu, 03 November 2010

Kegiatan OSIS

SOSIALISASI BAHAYA MEROKOK BAGI SISWA SD, SMP, SMA/SMK
KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2010
A.Latar Belakang 
Betapa sulitnya membrantas kebiasaan merokok, hampir semua orang mengetahui bahwa racun nikotin yang terdapat dalam asap rokok membahayakan bagi kesehatan. bukan hanya untuk perokok itu sendiri melainkan juga untuk orang orang di sekitarnya yang ikut menghisap asap tersebut (perokok pasif). selain itu asap rokok juga mengganggu hubungan sosial antara perokok dan bukan perokok. Orang yang merokok tidak mau menghentikan kebiasaanya dengan beberapa alasan sebagai berikut :

  • Faktor Kenikmatan (kecanduan Nikotin)
  • Status (simbol kelaki lakian)
  • Mengakrabkan hubungan sosial sesama perokok
  • Sebagai teman sejati dalam menuangkan inspirasi / ide ide kedalam konsep berfikir dalam bekerja
  • Sebagai salah satu alat dalam pergaulan remaja

Beberapa resiko kesehatan bagi perokok berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004 antara lain :

  1. Di Indonesia rokok menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru kronik dan emfisima pada tahun 2001
  2. Rokok merupakan penyebab dari sekitar 5% stroke di Indopnesia 
  3. Wanita yang merokok mungkin mengalami penurunan atau penundaan kemampuan hamil, pada pria menyebabkan Impotensi sebesar 50%
  4. Ibu hamil yang merokok selama masa kehamilanya ataupun terkena asap rokok di rumah atau di lingkunganya berisiko mengalami proses kelahiran bermasalah
  5. Seorang yang bukan perokok yang menikah dengan perokok mempunyai resiko kanker paru sebesar 20-30% lebih tinggi dari pada mereka yang pasanganya bukan perokok dan juga resiko mendapatkan penyakit jantung
  6. Lebih dari 43 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun tinggal dengan prokok di lingkunganya mengalami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga dan asma

Pengendalian masalah Rokok sebenarnya telah diupayakan diantaranya melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) begitu juga beberapa lintas sektor seperti Departemen Perhubungan dengan menetapkan penerbangan pesawat menjadi penerbangan tanpa asap rokok, Departemen pendidikan Nasional menetapkan Sekolah menjadi kawasan tanpa Rokok serta beberapa Pemda yang menyatakan tempat kerja sebagai kawasan tanpa rokok

Tujuan umum dari Kawasan Tanpa Rokok adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat rokok. sedang tujuan khusus penetapan KTR adalah :
  • Mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, aman, dan nyaman
  • Memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok
  • Menurunkan angka perokok
  • Mencegah perokok pemula
  • Melindungi generasi muda dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif (NAPZA) 
Disamping itu , manfaat penetapan KTR adalah
  • Bermartabat, yakni menghargai dan melindungi hak azazi bukan perokok
  • Ekonomis (meningkatkan produktifitas, mengurangi beban biaya hidup, menurunkan angka kesakitan)
  • Menciptakan tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, institusi pendidikan, area kegiatan anak anak, tempat ibadah dan angkutan umum yang sehat, aman dan nyaman
Dari keterkaitan berbagai aspek yang ada dalam permasalahan merokok, maka Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan menggelar kegiatan Sosialisasi Bahaya Dampak Nikotin bagi siswa Sd, SMP, SMA/SMK se kabupaten Pekalongan yang dibagi di beberapa tempat, salah satu tempatnya adalah di Gedung Serba Guna PCNU Kabupaten Pekalongan Jl.Raya Karangdowo No.09 Kedungwuni pada hari Senin s/d Selasa tanggal 1 - 2 Nopember 2010 yang diikuti siswa SMP se Kabupaten Pekalongan (salah satunya adalah SMP NU Karangdadap)


Drs.Rissa Sumarstyanto, M.Pd.
Sedang memberikan ceramah tentang DAMPAK BAHAYA MEROKOK BAGI REMAJA dihadapan siswa SMP se Kabupaten Pekalongan di Gedung Serba Guna PCNU Kab.Pekalongan



 Peserta Sosialisasi Bahaya Merokok tersebut salah satunya dari perwakilan siswa SMP NU Karangdadap yang mengirimkan pesertanya sebanyak 8 siswa ( Hasan Basri, Furqon Zainul Rizqi, Askik Maulana, Maskuri, Moh Wartono, Ruba`i, Nasihul Ibad dan Fikri Aziz )

B.Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan diselenggarakanya Sosialisasi Bahaya Merokok bagi siswa SD, SMP, SMA/SMK tingkat Kabupaten Pekalongan tahun 2010 adalah sebagai berikut:
  1. Terpahaminya oleh peserta didik akan bahaya merokok terhadap kesehatan
  2. Memberikan penjelasan tentang pengaruh merokok terhadap konsentrasi belajar
  3. Mengingatkan bahaya merokok bagi perokok pasif dan perokok coba coba
  4. Mengajak untuk mengurangi/berhenti merokok bagi kalangan peserta didik
  5. Menghindarkan peserta didik dari Narkoba (kehidupan pergaulan bebas)
 C.Materi 

Materi kegiatan Sosialisasi Bahaya merokok bagi siswa SD, SMP, SMA/SMK tahun 2010 adalah sebagai berikut:
  1. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Pekalongan di bidang Pendidikan dasar dan Pendidikan menengah
  2. Penjelasan program Kegiatan
  3. Rokok dan masa puber bagi remaja usia pertumbuhan
  4. Dampak Pengaruh rokok terhadap derajat kesehatan dikalangan siswa pendidikan dasar
  5. Rokok dan pergaulan bebas serta pengaruhnya dalam konsentrasi belajar peserta didik
 D.Hasil yang diharapkan

Dalam pelaksanaan  kegiatan Sosialisasi Bahaya merokok bagi siswa SD, SMP, SMA/SMK tahun 2010 para peserta diharapkan mampu :
  1. Memahami akan dampak bahaya merokok terhadap kesehatan
  2. Dapat memberikan sosialisasi / penjelasan kepada teman sebayanya tentang pengaruh rokok terhadap konsentrasi belajar
  3. Dapat mengingatkan dampak bahaya asap rokok bagi perokok pasif
  4. Mengajak untuk mengurangi / berhenti merokok bagi kalangan peserta didik
  5. Menghindarkan peserta didik dari Narkoba (kehidupan pergaulan bebas)